Elemensatu - Para korban selamat penembakan Korat (Nakhon Ratchasima) mengisahkan kembali horor ketika tentara Thailand membunuh 29 orang.
Jakraphant Thomma menembaki kuil dan pusat perbelanjaan di Distrik Muang pada Sabtu, sekitar pukul 15.30 waktu setempat (8/2/2020).
Sebelumnya, dia sempat terlibat pertengkaran dengan komandannya, di mana dia kemudian pergi ke gudang senjata, mencuri senapan dan amunisi.
Selain 29 orang tewas dalam penembakan Korat, Perdana Menteri Prayut Chan-O-Cha menyebut ada 57 terluka dalam "insiden yang tidak diduga".
Korban tewas Jakraphant kebanyakan terbaring di jalanan ketika dia sampai, dengan foto maupun videonya menyebar di media sosial.
Di dalam Terminal 21, kompleks perbelanjaan yang didesain seperti bandara, para pengunjung yang ketakutan tak tahu apakah harus kabur atau bersembunyi.
Ada yang bersembunyi di toilet perempuan. Seperti yang dialami Chanathip Somsaku. Guru musik 33 tahun yang bersembunyi bersama istrinya.
Mereka bergegas meraih media sosial mereka dan mulai memberi tahu teman maupun kerabat, dengan anak mereka, Chopin, duduk dengan waspada di ujung.
Dilansir AFP, Chanathip dengan waspada memperhatikan perkembangan di mana si tentara Thailand berada dengan kamera pengawas (CCTV).
"Teman yang bekerja di mall ini mencoba menghubungi orang di bagian CCTV. Kami terus mendapat pembaruan CCTV di mana pelaku berada," ujarnya.
Ketika akhirnya polisi tiba pukul 21.00, mereka mulai beranjak keluar. Namun kembali panik begitu suara tembakan kembali terdengar.
Chanathip mengatakan, informasi CCTV yang dia dapat dari temannya benar-benar membantu. Sebab dengan banyaknya simpang siur, sulit untuk langsung percaya.
Diaw, salah satu korban selamat lain, kepada Amarin TV via BBC menceritakan bagaimana Jakraphant menembak secara tepat ke berbagai penjuru.
Dengan akurat, prajurit berpangkat Sersan Mayor itu mengincar kepala korban. Diaw berkata bahwa salah satu temannya terbunuh karena tembakan Jakraphant.
Charlie Crowson, guru bahasa Inggris yang tinggal di Korat, menuturkan bahwa pacar dari salah satu mantan muridnya ikut terbunuh.
Kemudian Lapasrada Khumpeepong mengisahkan dia dan ibunya terperangkap di kamar kecil lantai dasar, dan bersembunyi selama lima jam.
"Terima kasih kepada Anda yang sudah berkorban supaya orang lain bisa hidup. Tanpa kalian, kami tak akan ada di sini," jelas Lapasrada.
Berdasarkan sumber internal militer, Jakraphant adalah tentara dengan kemampuan menembak bagus. Bahkan sempat mengikuti latihan menyergap.
Dalam keterangan Prayut, si tentara Thailand itu melakukan aksinya karena dipicu masalah jual beli rumah dengan kerabat komandannya.
Si komandan, Kolonel Anantharot Krasae, ikut terbunuh dengan Jakraphant mencuri pistolnya sebelum menyerang penjaga gudang senjata.