Aktor Laga Indonesia berbicara soal krisis perlindungan

elemensatu
0

Menjadi pemain film laga harus mengambil risiko fisik seperti dibanting, dipukuli, hingga terkena benda tajam saat berakting.

Tidak jarang mereka mengalami cedera saat syuting.
Rumah produksi biasanya menggunakan stuntman atau peran pengganti untuk adegan-adegan berbahaya.

Namun, banyak bintang laga yang memilih tidak menggunakan stuntman.
Mereka lebih suka melakukan sendiri adegan-adegan berbahaya itu.

Di Hollywood, aktor Tom Cruise dan Jackie Chan termasuk yang memilih jungkir balik dan menghadapi risiko cedera bahkan maut dalam film-filmnya.

Karena itu, tim medis sangat diperlukan untuk sebuah produksi film laga. Namun, yang paling penting adalah asuransi.

Joe Taslim mengatakan, asuransi adalah kebutuhan wajib bagi seorang pemain film laga.
Tanpa asuransi, kata dia, pemain tidak akan merasa tenang lantaran adegan-adegan laga penuh dengan risiko cedera.

"Asuransi itu dibutuhkan ketika bekerja di produksi-produksi yang bertanggung jawab. Kalau main film kaki patah, terus rumah produksi enggak mau bertanggung jawab? Siapa yang bayar? Asuransi," kata Joe.

Joe, yang beberapa kali bekerja bareng rumah produksi internasional termasuk Hollywood, mengatakan industri film di AS sangat menjunjung tinggi keselamatan, tidak hanya aktor tetapi juga stuntman.

"Kalau di luar negeri pasti ada. Kalau ada apa-apa rumah produksi yang bertanggung jawab. Asuransi butuh secara pribadi karena kita enggak pernah tahu, apalagi pekerja film. Tapi, apakah setiap bermain film kita butuh asuransi? Aku rasa semua manusia butuh asuransi," kata Joe.

"Kalau di luar negeri itu sebenarnya karena produksi sudah sangat maju. Jadi itu bagian dari undang-undang yang ditandatangi oleh presiden. Kita (produksi film di Indonesia) belum ada ke situ," sambung Joe.

Joe berharap produksi film di Indonesia dapat meniru industri film di Hollywood.
Ia juga ingin pemerintah membuat regulasi tentang perfilman di Indonesia.
"Jadi siapa pun yang mengurusi perfilman, yang mandatory, film itu tidak boleh syuting kalau tidak ada asuransi standar demikian demikian," kata Joe.

"Kita kan belum ada. Saya rasa untuk ke sana proses akan panjang. Regulasi akan panjang. Saya rasa proses sekarang sudah dipikirkan, sudah direncanakan, tapi jangan di-compare sama Hollywood. Jadi, agak tricky kalau di luar bisa di Indonesia enggak? Kita belum ready. Hollywood sudah maju," tambahnya.

Senada dengan Joe, Iko Uwais berpendapat asuransi sangat penting bagi pemain film, terutama untuk genre laga.

"Oh sangat (perlu asuransi). Di luar sana pasti teman-teman sangat dijaga banget sih. Asuransi paling utama," kata Iko.

Bahkan, karena ada proses asuransi tersebut, tidak sembarang aktor dari luar bisa masuk ke industri Hollywood.

"Makanya pas kami kerja di luar, terus terang saja sangat enggak mudah dalam artian semua banyak banget peraturan dan pertimbangannya," kata Iko.

"Pas kita masuk ke negara tersebut, kita harus cek kesehatan. Pasti ada asuransi, jadi semuanya ter-cover, sangat terjamin dan mereka enggak mau ambil resiko," katanya lagi.

Yayan Ruhian juga sepakat dengan Joe dan Iko.

Asuransi sangat penting untuk melindungi para pemain laga yang rentan cedera saat menjalani adegan-adegan berbahaya.

"Sangat! Yang namanya fighting itu kemungkinan (cedera) itu ada. Tapi, kami mengantisipasi itu dengan cara latihan. Orang yang duduk di kantor saja punya dapat asuransi. Apalagi ini fighting dengan senjata, dipukuli, dibanting, akan lebih aman dengan asuransi," kata Yayan.

Namun, lanjut dia, belum semua rumah produksi film di Indonesia menerapkan asuransi.
Berbeda dengan pengalamannya saat terlibat di film Hollywood sudah siap dalam hal asuransi.
Meskipun tidak menggunakan asuransi untuk pemainnya, beberapa rumah produksi di Indonesia melakukan upaya-upaya antisipasi.

"Ada yang sudah mengakomodasi itu, ada juga yang memang tidak bisa. Itu lebih di-cover saat kami syuting itu tim medik itu harus benar-benar ada. Dan sebuah syuting terutama adegan action itu dilaksanakan kalau tim medik ada, minimal 1 dokter atau 2 dokter," kata Yayan.

"Tapi, akan lebih bagus itu khususnya kalau action di-cover dengan asuransi," sambung Yayan.
Pengalaman pahit pernah dirasakan oleh aktris Hannah Al Rashid saat bermain film laga.
Saat menjalani syuting, Hannah mengalami kecelakaan.

"Untungnya enggak kenapa-kenapa setelah itu baru gue sadar medik ke mana, ya? Ternyata enggak ada medik. Can you imagine?" kata Hannah.

Dari pengalaman itu, kata Hannah, setiap ada tawaran film yang laga atau genre yang mengharuskan adegan laga, ia bertanya detail soal standar.

"Makanya sekarang kalau ditawari produksi action, saya tanya medik ada enggak? Asuransi ada atau tidak? Kalau cedera kalian (rumah produksi) akan menanggung sampai mana?" kata dia.

Menurut Hannah, standar keberadaan medik dan asuransi merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi rumah produksi jika ingin menggunakan jasanya.

"Karena sudah merasakan yang benar dan yang kurang benar. Jadi sekarang persyaratannya aku upgrade. Bahkan, sekarang kalau tidak bikin video board enggak mau ikutan," kata Hannah.


"Bukan mau nge-diva, ya, sebenarnya. Tapi saya utamakan keselamatan. Dan video board sudah pasti lebih aman dibandingkan tidak," sambungnya.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!