Benarkah pola kerja di China sangat keras?

elemensatu
0

Beberapa waktu lalu kematian yang menimpa salah seorang pegawai perempuan dari perusahaan Pinduoduo tengah menjadi perbincangan. Pinduoduo adalah startup e-commerce asal China yang dinakhodai oleh Colin Huang.

Meski belum diketahui apa penyebabnya, namun spekulasi menyebutkan bahwa Pinduoduo diduga menggunakan sistem "kerja paksa" yang membuat karyawan tersebut akhirnya meninggal dunia.

Menurut harian artikel terbaru, kejadian ini terungkap pada 29 Desember 2020 lalu. Perempuan dari divisi bisnis pembelian itu kabarnya merasa kelelahan saat ia dan teman-temannya berada dalam perjalanan pulang.

Kala itu, perempuan berusia 22 tahun ini diketahui sempat pingsan di tengah jalan pada pukul 01:30 dini hari waktu setempat.

Kasus kematian pegawai Pinduoduo ini pun menuai kritik tajam dari sebagian orang yang berujung timbulnya stigma bahwa sistem kerja di negara China dinilai cukup keras.

China sendiri dikenal memiliki sistem kerja yang disebut 996. Istilah ini diartikan bahwa karyawan di China mulai bekerja dari pukul 09:00 pagi hingga 21:00 malam selama enam hari dalam satu minggu.

Kebijakan ini umumnya diterapkan oleh perusahaan China yang bergerak di bidang teknologi, dengan prospek bisnis yang pesat di negara tersebut.

Surat kabar Beijing Youth Daily melaporkan bahwa Departemen Perlindungan Hak Tenaga Kerja di Shanghai kini tengah melakukan penyelidikan dan meninjau kondisi para pegawai Pinduoduo.

Portal berita Xinhua News juga angkat bicara terkait kasus kematian pegawai Pinduoduo ini. Melalui akun media sosial Weibo, Xinhua memberi pemahaman soal arti makna "bekerja keras".

"Definisi "kerja keras" tidak semata-mata bekerja hingga mengorbankan diri hanya demi mendapatkan uang. Perusahaan seharusnya memahami bagaimana cara melindungi hak-hak para pegawainya," tulis Xinhua.

Tak cuma itu, pengguna Weibo lainnya juga menanggapi kasus ini lewat kolom komentar. Sebagian diantaranya mengkritik dan memutuskan untuk menghapus aplikasi Pinduoduo dari ponsel mereka.

"Pinduoduo memang baik dari segi pembayaran gaji, namun saya tetap memutuskan untuk mencopot aplikasi ini. Karyawan yang bekerja di sana, harap berhati-hati," tulis pengguna Weibo.

Pengguna lainnya juga mengatakan bahwa "Saya merasa malu menggunakan aplikasi ini (Pinduoduo)".

Atas kejadian ini, saham Pinduoduo yang terdaftar di Nasdaq pada Senin 4 Januari 2021 dilaporkan anjlok hingga 6,1 persen yang ditutup di angka 166,78 Dollar AS (sekitar Rp 2,3 juta).

Beberapa karyawan Pinduoduo mengatakan bahwa pegawai di sejumlah departemen kabarnya harus bekerja setidaknya 300 jam sebulan untuk memenuhi target penilaian perusahaan.

Berdasarkan riset yang dirilis oleh China Youth Study, disebutkan bahwa pegawai di China yang berusia 18 hingga 35 tahun bekerja lebih dari 40 jam seminggu.

Menurut berita yang dilansir oleh KompasTekno dari Nikkei Asia, Jumat (8/1/2021), survei ini merujuk pada 2.171 responden yang dikumpulkan pada tahun 2016.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sekitar 40 persen dari mereka yang bekerja lembur, tidak mendapatkan upah tambahan.

Angka pegawai yang berkecimpung di perusahaan teknologi dan pengetahuan dilaporkan 96,1 persen lebih tinggi dibandingkan bidang pekerjaan lainnya.

Sebagai informasi, meski tak begitu terkenal di luar China, namun Pinduoduo merupakan salah satu pemain besar di jajaran e-commerce China, selain Alibaba dan JD.com.

Kesuksesan Pinduoduo dilatarbelakangi oleh model belanja online yang berbeda dengan e-commerce lain.

Melalui Pinduoduo, konsumen bisa melakukan social shopping, alias berbelanja bersama dengan kerabat melalui link barang belanjaan yang dikirimkan melalui sebuah grup belanja.

Sumber : MSN

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)

#buttons=(Ok, Go it!) #days=(20)

Our website uses cookies to enhance your experience. Check Now
Ok, Go it!